Jumat, 22 Oktober 2010

Prolog

“Ga ada yang ketinggalan kan?” Terlihat cowok yang celingak-celinguk kesana kemari, memastikan barang bawaannya tidak ada yang hilang. Cewek yang mengikutinya kelihatan sudah capek banget, dan nyaris nggak bisa berkomentar apa-apa. Cewek itu lalu menghembuskan napas, mencoba tenang.
“Sudah deh kak! Semuanya sudah dibawa kok. Lagian kita sudah sampai di bandara begini, tinggal boarding gimana bisa ambil barang yang ketinggalan di rumah?”
“Ah iya ya. Sorry, ini kan pertama kalinya kita berangkat sama-sama. Liburan sebulan di Aussie sampai puas dan melupakan masalah kita.”
Cewek itu langsung murung lagi.
“Mana bisa lupa... itu kan barang yang penting. Kakak juga bakal tinggal di sana kan, buat kuliah. Dan aku harus pulang sendirian ke Indonesia...”
Cowok itu terdiam. Dia langsung memeluk adiknya dan menenangkannya.
“Sudah, sudah. Barang seperti itu kan bisa dibeli lagi. Kamu masih punya pasangannya kan? Lagipula...” Si kakak menatap wajah adiknya yang masih murung. “Sebenarnya kakak yang nggak mau berpisah denganmu!!”
Adiknya langsung dipeluk dengan erat, sampai cewek itu panik sendiri.
“Kenapa adikku bisa sampai semanis ini? Aku kan jadi nggak tenang membiarkannya hidup sendiri di Jakarta... Hah... harusnya aku nggak usah ngambil scholarship ke Melbourne. Kalau saja Nadine nggak kelas tiga, mungkin sudah ku ajak ke sana.” Si kakak meratap, dan si adik sibuk melepaskan diri dari dekapan kakaknya yang mulai menarik perhatian orang-orang di bandara.

Familiar dengan yang seperti ini? Yup, ini namanya Sister Complex

Akhirnya si kakak sudah berhasil ditenangkan, dan sudah berada di pesawat. Semua orang sudah bersiap-siap dengan barang bawaannya masing-masing, dan beberapa menit lagi waktu keberangkatan. Nadine-si adik- mulai melihat sekeliling.
“Kak, bagasi di sini nggak muat. Aku cari bagasi dibelakang dulu.”
“Ok, cepat kembali ke sini. Pesawatnya mau berangkat.”
“Ok! Oh iya, ini jus jeruk yang kubuat tadi pagi. Tinggal segini, kakak habiskan saja.” Kata Nadine sebelum pergi. Si kakak menyambutnya.
“Thanks.”
Sambil menunggu adinya mencari bagasi, si kakak mulai bersiap di kursinya dan membaca. Dia minum dan menunggu agak lama, karena adiknya yang belum muncul juga. Pramugari mulai memeriksa penumpang satu persatu, dan mengambil majalah dari si kakak yang tertidur dan memakaikannya selimut. Terdengar pemberitahuan keberangkatan, dan pramugari duduk di kursinya. Kursi di sebelah cowok itu, masih kosong.

* * *

“Kakak, maafkan aku.” Si adik menatap ke arah pesawat yang baru saja lepas landas. Dia menepuk tangannya satu kali, seolah berdoa memohon pengampunan. Setelah menetapkan hatinya, dia langsung bergegas ke luar bandara, mencari taksi.

Ini adalah misi pertamaku. Aku sudah nggak bisa mundur lagi sekarang. Semuanya sudah kukerahkan. Pokoknya, benda itu harus kudapatkan kembali!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jadi, apa yang harus dilakukan untuk cerita kali ini?