Aku pun berjalan dengan pelan menyusuri koridor itu
sambil melihat ke dalam masing-masing ruang. Aku tidak mendapati siapapun saat
aku melihat ke dalam ruang pertama dan kedua. Kurasa, ruang ketiga pasti
terpakai. Dan ternyata memang benar. Aku mendapati Kevin yang sedang bermain di
dalamnya. Kulihat dia hanya sendirian
saja di dalam ruang itu jadi aku memutuskan untuk masuk dengan sangat perlahan
agar tidak mengganggunya. Tak kusangka, ternyata dia sedang memainkan Moonlight
Sonata. Salah satu lagu ciptaan Beethoven. Pagi-pagi begini memang merupakan
waktu yang tepat untuk mendengarkan sebuah alunan musik klasik. Apalagi dari Beethoven.
Sabtu, 29 November 2014
String of Notes 2
Label:
Novelatina,
Poetri,
String of Notes
Senin, 24 November 2014
Klub Misteri
Litha, Ardi, Felly, Nicky, Rian
Mystery yang paling besar adalah manusia (sok inggeris)
Label:
Cerpen ga jelas
Minggu, 23 November 2014
Rindu
cerpen
Bagaimana caranya aku bertahan
tanpa melihatmu?
Hari ini hujan di bulan September.
Tanpa terasa, sudah setahun aku tidak melihatmu. Lelah hati ini berharap kau
tiba-tiba muncul dan mengejutkan seperti yang biasa kau lakukan dulu. Lelah
juga mengharapkan tangan hangatmu yang selalu menggenggam tanganku di saat
seperti ini. Ah, Aku kan tidak mungkin
terus menangisi kepergianmu. Itu kekanakan.
Hei, kalau sekarang kukatakan aku
rindu padamu, maukah kau datang? Ah, tidak mungkin. Jarak kita sudah jauh.
Betapa malunya aku kalau sampai nanti kau tidak datang-datang juga. Kau memang
orang yang seperti itu. Tidak akan datang kalau tidak penting. Tapi kau selalu
ada.
Aahh... hari yang membosankan.
Melihat anak-anak berlarian dengan payung warna-warni, mengingatkan pertemuan
pertama kita waktu sepulang sekolah. Kita sama-sama masih anak kecil, dan ribut
hanya karena baju yang terciprat air. Betapa rindunya aku pada masa-masa
seperti itu, SD, SMP, SMA, meski selalu ribut satu sama lain, tapi kita juga
mengerti satu sama lainnya. Menakjubkan ya, meski bertengkar tapi saling
mengenal dan memikirkan. Ha ha
Hm... hanya bisa mengenang kembali
kenangan yang ada, bukannya itu menyedihkan? Aku ingin bertemu!! Bukan hanya
mendengar suaramu, melihat gambarmu. Bukan hanya itu!!
Aku ingin kita berjalan
beringingan, bersama. Merasakan kembali hangatnya tanganmu. Mungkin memelukmu.
Merasakan kehadiranmu di sini. Yang kutahu tidak bisa terjadi.
Hmm, hujan mulai mereda. Hari sudah
mulai sore. Menapaki jalan berbatuan seperti kencan pertama kita sewaktu kelas
2 SMA. Kita begitu gugup dan hanya memikirkan jalan ke mana saja. Aku juga
waktu itu membawa bunga, bunga pemberianmu.
Hm... wangi bunga ini dan segarnya
udara menghiburku. Mendamaikan hari dan juga perasaanku. Ya, benar. Selama aku
bisa menjaga perasaan ini, meskipun kau jauh, aku yakin...
“Ah, aku sudah sampai.” Ternyata
tidak berubah. Masih tetap sama. Huuh...
Label:
Cerpen ga jelas
Tales (of) Love?
Banyak
manusia di dunia ini, tapi mengapa hanya satu yang bisa jadi pasangan kita?
Gadis,
seorang cewek biasa-biasa saja bertemu dengan Reynold, cowok yang tajir,
ganteng dan pintar. Karena kecelakaan, mereka terpaksa pura-pura pacaran.
Reynold pun mengubah Gadis dan dia sendiri kaget melihat hasilnya!! Gadis
ternyata punya kecantikan dan bakat terpendam. Banyak yang terjadi, dan
merekapun menyadari kalau mereka saling menyukai. Akhirnya mereka bahagia.
Label:
Cerpen ga jelas
Sabtu, 22 November 2014
Silly me.
cerpen
Hari ini benar-benar membosankan. Aku membatin dalam hati.
Langit warnanya biru, gedung berwarna putih, jalanan penuh dengan hitam, putih, dan orang-orang terhenti di rintangan pelangi.
Dunia sudah sedamai ini.
"Seandainya dunia hancur saat ini juga." Tiba-tiba, ada suara lain di dekatku.
Di tempat terbuka, penuh dengan orang yang berlalu lalang. Di kursi panjang yang sama, seseorang juga menatap langit di udara sepanas ini.
oh, komik.
"Orang yang berpikir seperti itu cuma orang yang tidak tahu apa-apa." Katanya lagi, kali ini pandangannya serius ke depan, menghadap ke museum.
apa-apaan orang ini?
Baru saja konsentrasiku terfokus, orang itu beranjak pergi. Dia memegang ponsel.
"Makanya, ga usah galau. Eh, bentar. Gue ke sana deh. Gue laper. Ntar kita makan ya?"
* * * (GR dan narsis yang berlebihan bisa melukai diri sendiri - Au)
Hm... lapar.
"Kepada seluruh masyarakat, marilah kita membantu saudara kita yang terperangkap dalam perang berkepanjangan. Salurkan bantuan anda..."
Melihat ke arah televisi yang menyiarkan iklan sosial, aku tersenyum.
"Ah, so silly me."
Hari ini benar-benar membosankan. Aku membatin dalam hati.
Langit warnanya biru, gedung berwarna putih, jalanan penuh dengan hitam, putih, dan orang-orang terhenti di rintangan pelangi.
Dunia sudah sedamai ini.
"Seandainya dunia hancur saat ini juga." Tiba-tiba, ada suara lain di dekatku.
Di tempat terbuka, penuh dengan orang yang berlalu lalang. Di kursi panjang yang sama, seseorang juga menatap langit di udara sepanas ini.
oh, komik.
"Orang yang berpikir seperti itu cuma orang yang tidak tahu apa-apa." Katanya lagi, kali ini pandangannya serius ke depan, menghadap ke museum.
apa-apaan orang ini?
Baru saja konsentrasiku terfokus, orang itu beranjak pergi. Dia memegang ponsel.
"Makanya, ga usah galau. Eh, bentar. Gue ke sana deh. Gue laper. Ntar kita makan ya?"
* * * (GR dan narsis yang berlebihan bisa melukai diri sendiri - Au)
Hm... lapar.
"Kepada seluruh masyarakat, marilah kita membantu saudara kita yang terperangkap dalam perang berkepanjangan. Salurkan bantuan anda..."
Melihat ke arah televisi yang menyiarkan iklan sosial, aku tersenyum.
"Ah, so silly me."
Label:
Cerpen ga jelas,
Mini
Langganan:
Postingan (Atom)