Sabtu, 15 Desember 2012

Epilog

cerpen, novel

All
Epilog




Begitulah kisahnya kira-kira. Apakah ini akhir? Belum.
Baru saja mereka bertemu, semua pada heboh karena ternyata gosip itu benar (di detik terakhir).
“Aku tidak takut apapun sekarang ini. Bagaimanapun juga, pertama kali karir ini kumulai dari nol, tanpa ada dukungan dari siapapun. Dan aku percaya, fans sejati tidak akan meninggalkan bintang mereka karena masalah sepele seperti ini.” Kata Vinci menutup serangkaian pengumuman dan penjelasan itu.
“Bagaimana kalau itu masih tetap terjadi?” Tanya salah satu wartawan.
“Nggak masalah. Sampai sekarang, aku masih terdaftar sebagai mahasiswa jurusan kedokteran di salah satu universitas. Dan rencananya, setelah lulus dari sana aku akan mengundurkan diri dari dunia entertaiment.” Jawab Vinci penuh percaya diri. Nadia sama sekali tidak percaya apa yang disampaikan Vinci. Tapi dia tetap senang.
Mario dengan senang hati mengaku bahwa dialah yang menyebarkan semua gosip itu, dan tidak menyangka semua berakhir bahagia. Rianna bersiap menghadapi calon saingan baru karena mendengar Vinci akan mengundurkan diri setelah lulus kuliah.
Haris cukup shock mendengar kalau Nadia dan Vinci jadian. Sampai akhirnya, dia menemukan gadis yang paling tepat untuknya berkat bantuan Nadia dkk.
Juno dan Vina pulang bersama ke Aussie. Tiga bulan kemudian, terdengar kabar kalau mereka akan bertunangan, dan itu terdengar aneh untuk Nadia. Sebelum pesta pertunangan dilangsungkan, Nadia yang datang bersama Vinci bicara berdua dengan Vina.
“Aku senang kamu datang.” Kata Vina lembut. Kecantikannya tidak pernah berubah.
“Tentu saja aku datang, aku kan calon adik iparmu.” Jawab Nadia ceria.
“Ada apa?” Tanya Vina begitu mereka duduk. Nadia langsung terlihat muram.
“Sebenarnya... aku bicara karena mau mendapat kepastian dari kak Vina. Soal kakakku.” Kata Nadia hati-hati.
“Kepastian?”
“Sejak dulu, kak Juno sangat menyukaimu.” Kata Nadia. “Itu adalah salah satu alasan kenapa kami tidak bersama. Dan meskipun kak Vina waktu itu sudah bertunangan dengan Vinci, dia... dia masih tetap mencintai kakak. Kakak adalah cinta pertamanya. Akhirnya kakak mengakhiri pertunangan kakak dengan Vinci, pasti kakak sangat sedih. Kalau kak Juno datang dan menghibur kakak, mungkin...”
“Aku tahu maksudmu.” Jawab Vina.
“Maaf!! Padahal ini hari pertunangan kalian, tapi aku mikirin yang nggak-nggak. Maaf, aku asal bicara!!! Padahal kakak begitu baik dan sempurna, tapi aku...”
“Tidak. Tidak ada yang salah. Akulah... yang harus disalahkan. Aku ini orang yang munafik, tidak sebaik yang kau kira Nadia.” Kata Vina.
“Apa...”
“Sebenarnya... mungkin aku terlihat seperti wanita tabah yang ditinggal oleh calon suaminya, tapi...” Kata-kata Vina terputus. “Aku memang menginginkankannya. Waktu pertama kali aku dengar bahwa kau dan Juno bukan saudara kandung dan kau mencintainya, pikiranku sudah penuh dengan dugaan-dugaan yang aneh-aneh. Kadang aku bertanya-tanya, apa maksudnya itu. Waktu itulah, Vinci mengeluarkan aura cintanya pada semua orang. Akhirnya, aku merelakan dirinya denganmu. Kau tahu? Aku sendiri kaget, kenapa aku betapa mudahnya melepaskan Vinci. Akhirnya aku tahu jawabannya.”
Vina menatapku. Tatapan yang sulit diartikan.
“Aku sebenarnya memanfaatkan Vinci untuk menjaga perasaanku. Aku memanfaatkannya supaya dialah yang terlihat jahat, dan aku adalah wanita malang yang harus merelakan calon suaminya pergi demi cintanya pada laki-laki itu. Pada akhirnya, kau juga berpikiran seperti itu kan?” Tanya Vina. Ternyata...
“Padahal akulah yang lebih dulu mau berpisah darinya karena setengah mati memikirkan Juno. Aku ini... aku ini benar-benar jahat.” Vina menangis. Sebuah pengakuan yang diucapkannya membuatku bingung. Tapi...
“Tidak apa-apa.” Kataku sambil mengulurkan sebuah saputangan. “Bukankah, sampai sekarang semua baik-baik saja? Ayah Vina makin senang karena calon mantunya yang sekarang pria yang memang sangat diandalkan untuk meneruskan perusahaan kan? Lagipula orangtua Vinci sama sekali tidak keberatan dengan hubungan kami, jadi semuanya baik-baik saja.”
“Ya, kau benar.” Kata Vina.
Acara pertunangan berlangsung meriah. Kak Juno dan kak Vina sangat bahagia. Mereka seperti dalam upacara pernikahan saja.
“Vinci.”
“Apa?”
“Kenapa kita juga tidak bertunangan saja?”
“Kau iri?”
“Nggak.”
“Ya sudah. Nggak usah.”
“Kok begitu?”
Nadia menoleh ke arah Vinci yang di sampingnya. Dari raut wajahnya dia terlihat bosan. Apa dia memang nggak suka dengan upacara-upacara begini? Pikir Nadia cemas.
“Acara pertunangan itu tidak ada artinya. Kalau mau...” Tanya Vinci melirik ke Nadia dari ujung kepala samping ujung kaki. “Kita langsung menikah saja.”
Lagi-lagi berkata seperti itu dengan nada biasa-biasa saja!! Pikir Nadia kesal.


To : Juno & Vina
Semua bahagia, semua senang. Hidup itu memang bermacam-macam. Ada pertemuan, ada perpisahan. Ada awal, pasti ada akhir. Karena itu Tidak terlalu penting apakah nanti kisah itu akan jadi happy ending atau bad ending. Yang penting adalah prosesnya, cara kita menjalaninya. Karena hanya itulah yang berbeda antara satu dan lainnya hingga menjadi pengalaman kita sampai akhirnya. Jalanilah hidup dengan bahagia ya!!

From : Nadia (and Vinci)

* *THE  * END* *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jadi, apa yang harus dilakukan untuk cerita kali ini?