All
Epilog
Baru saja mereka bertemu, semua pada
heboh karena ternyata gosip itu benar (di detik terakhir).
“Aku tidak takut apapun sekarang ini.
Bagaimanapun juga, pertama kali karir ini kumulai dari nol, tanpa ada dukungan
dari siapapun. Dan aku percaya, fans sejati tidak akan meninggalkan bintang
mereka karena masalah sepele seperti ini.” Kata Vinci menutup serangkaian pengumuman
dan penjelasan itu.
“Bagaimana kalau itu masih tetap
terjadi?” Tanya salah satu wartawan.
“Nggak masalah. Sampai sekarang, aku
masih terdaftar sebagai mahasiswa jurusan kedokteran di salah satu universitas.
Dan rencananya, setelah lulus dari sana aku akan mengundurkan diri dari dunia
entertaiment.” Jawab Vinci penuh percaya diri. Nadia sama sekali tidak percaya
apa yang disampaikan Vinci. Tapi dia tetap senang.
Mario dengan senang hati mengaku bahwa
dialah yang menyebarkan semua gosip itu, dan tidak menyangka semua berakhir
bahagia. Rianna bersiap menghadapi calon saingan baru karena mendengar Vinci
akan mengundurkan diri setelah lulus kuliah.
Haris cukup shock mendengar kalau
Nadia dan Vinci jadian. Sampai akhirnya, dia menemukan gadis yang paling tepat
untuknya berkat bantuan Nadia dkk.
Juno dan Vina pulang bersama ke
Aussie. Tiga bulan kemudian, terdengar kabar kalau mereka akan bertunangan, dan
itu terdengar aneh untuk Nadia. Sebelum pesta pertunangan dilangsungkan, Nadia
yang datang bersama Vinci bicara berdua dengan Vina.
“Aku senang kamu datang.” Kata Vina
lembut. Kecantikannya tidak pernah berubah.
“Tentu saja aku datang, aku kan calon
adik iparmu.” Jawab Nadia ceria.
“Ada apa?” Tanya Vina begitu mereka
duduk. Nadia langsung terlihat muram.
“Sebenarnya... aku bicara karena mau
mendapat kepastian dari kak Vina. Soal kakakku.” Kata Nadia hati-hati.
“Kepastian?”
“Sejak dulu, kak Juno sangat
menyukaimu.” Kata Nadia. “Itu adalah salah satu alasan kenapa kami tidak
bersama. Dan meskipun kak Vina waktu itu sudah bertunangan dengan Vinci, dia...
dia masih tetap mencintai kakak. Kakak adalah cinta pertamanya. Akhirnya kakak
mengakhiri pertunangan kakak dengan Vinci, pasti kakak sangat sedih. Kalau kak
Juno datang dan menghibur kakak, mungkin...”
“Aku tahu maksudmu.” Jawab Vina.
“Maaf!! Padahal ini hari pertunangan
kalian, tapi aku mikirin yang nggak-nggak. Maaf, aku asal bicara!!! Padahal
kakak begitu baik dan sempurna, tapi aku...”
“Tidak. Tidak ada yang salah.
Akulah... yang harus disalahkan. Aku ini orang yang munafik, tidak sebaik yang
kau kira Nadia.” Kata Vina.
“Apa...”
“Sebenarnya... mungkin aku terlihat
seperti wanita tabah yang ditinggal oleh calon suaminya, tapi...” Kata-kata
Vina terputus. “Aku memang menginginkankannya. Waktu pertama kali aku dengar
bahwa kau dan Juno bukan saudara kandung dan kau mencintainya, pikiranku sudah
penuh dengan dugaan-dugaan yang aneh-aneh. Kadang aku bertanya-tanya, apa
maksudnya itu. Waktu itulah, Vinci mengeluarkan aura cintanya pada semua orang.
Akhirnya, aku merelakan dirinya denganmu. Kau tahu? Aku sendiri kaget, kenapa
aku betapa mudahnya melepaskan Vinci. Akhirnya aku tahu jawabannya.”
Vina menatapku. Tatapan yang sulit
diartikan.
“Aku sebenarnya memanfaatkan Vinci
untuk menjaga perasaanku. Aku memanfaatkannya supaya dialah yang terlihat
jahat, dan aku adalah wanita malang yang harus merelakan calon suaminya pergi
demi cintanya pada laki-laki itu. Pada akhirnya, kau juga berpikiran seperti
itu kan?” Tanya Vina. Ternyata...
“Padahal akulah yang lebih dulu mau
berpisah darinya karena setengah mati memikirkan Juno. Aku ini... aku ini
benar-benar jahat.” Vina menangis. Sebuah pengakuan yang diucapkannya membuatku
bingung. Tapi...
“Tidak apa-apa.” Kataku sambil
mengulurkan sebuah saputangan. “Bukankah, sampai sekarang semua baik-baik saja?
Ayah Vina makin senang karena calon mantunya yang sekarang pria yang memang
sangat diandalkan untuk meneruskan perusahaan kan? Lagipula orangtua Vinci sama
sekali tidak keberatan dengan hubungan kami, jadi semuanya baik-baik saja.”
“Ya, kau benar.” Kata Vina.
Acara pertunangan berlangsung meriah.
Kak Juno dan kak Vina sangat bahagia. Mereka seperti dalam upacara pernikahan
saja.
“Vinci.”
“Apa?”
“Kenapa kita juga tidak bertunangan
saja?”
“Kau iri?”
“Nggak.”
“Ya sudah. Nggak usah.”
“Kok begitu?”
Nadia menoleh ke arah Vinci yang di
sampingnya. Dari raut wajahnya dia terlihat bosan. Apa dia memang nggak suka
dengan upacara-upacara begini? Pikir Nadia cemas.
“Acara pertunangan itu tidak ada
artinya. Kalau mau...” Tanya Vinci melirik ke Nadia dari ujung kepala samping
ujung kaki. “Kita langsung menikah saja.”
Lagi-lagi berkata seperti itu dengan
nada biasa-biasa saja!! Pikir Nadia kesal.
To : Juno & Vina
Semua bahagia, semua senang. Hidup itu memang
bermacam-macam. Ada pertemuan, ada perpisahan. Ada awal, pasti ada akhir.
Karena itu Tidak terlalu penting apakah nanti kisah itu akan jadi happy ending
atau bad ending. Yang penting adalah prosesnya, cara kita menjalaninya. Karena hanya
itulah yang berbeda antara satu dan lainnya hingga menjadi pengalaman kita
sampai akhirnya. Jalanilah hidup dengan bahagia ya!!
From : Nadia (and
Vinci)
* *THE *
END* *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
jadi, apa yang harus dilakukan untuk cerita kali ini?